Meilih Bicara Atau Diam

Dari Abu Huroiroh Ra, dari Nabi Saw. Beliau bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata (dengan perkataan) yang baik atau diam". (HR. Bukhari Muslim).

Tidak ada satupun kata yang kita ucapkan kecuali pasti didengar oleh Alloh Swt. Tidak ada satupun kata yang kita ucapkan kecuali pasti memakan waktu. Tidak ada satupun kata yang kita ucapkan kecuali pasti nanti akan dimintai pertanggung jawaban disisi Alloh Swt. karenaya, orang yang paling baik dan beruntung adalah orang-orang yang berusaha selalu mempertimbangkan setiap kata-kata yang hendak diucapkannya.

Berkata yang tidak baik adalah sia-sia dan membuang-buang waktu saja, bahkan bisa-bisa mendatangkan bencana, baik kepada dirinya sendiri atau bahkan kepada orang lain. Alangkah baik dan indahnya jika kata-kata yang tidak baik itu kita ganti dengan berdzikir kepada Alloh Swt yang bisa mengundang turunnya Rakhmat-Nya.
Rosululloh Saw bersabda: "Setiap ucapan Bani Adam itu membahayakan dirinya (tidak memberi manfaat), kecuali kata-kata amar ma'ruf dan nahi munkar serta berdzikir kepada Alloh Azza wa Jalla" (HR. Turmudzi).


Setiap manusia itu diberi modal oleh Alloh Swt dalam mengarungi kehidupannya didunia ini. Modalnya adalah waktu. Karenanya, manusia yang paling beruntung adalah orang yang bisa memanfaatkan waktunya untuk keuntungan dunia dan akhiratnya, sedangkan manusia yang paling bodoh adalah orang yang menghambur-hamburkan modalnya (waktu) tanpa ada guna (sia-sia).
Setiap kali kita berbicara pasti menggunakan waktu, sesedikit apapun waktu yang kita gunakan. karenanya, kemuliaan dan kehormatan itu sebenarnya dapat dilihat dari apa yang kita ucapkan. Alloh Swt berfirman: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna”. [Q.S al Mu'minun: 1- 3].

Oleh karena itu, salah satu ciri martabat keislaman seseorang itu bisa dilihat dari bagaimana ia berjuang keras untuk menghindarkan dirinya dari kesia-siaan. Maka semakin ia larut dalam kesia-siaan, maka akan semakin tampak keburukan martabat keislamannya dan semakin akrab pula dengan bala bencana, yang selanjutnya hatinya pun akan keras membatu dan akan lalai dari kebenaran. Inilah salah satu dari tanda-tanda atau bahkan termasuk “Marodl al Qolb” yang diakibatkan virus yang ada pada lisan. Wallohu a’lam bisshowab.?

Sholat merupakan ibadah dan hukum asal dalam ibadah adalah hanya dilakukan karena Alloh Swt semata. Sebagaimana firman Alloh Ta'ala:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dan istiqamah pada agama tersebut, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” [QS. al-Bayyinat: 5]
Diriwayatkan dari adh-Dhahak bin Qais ra, beliau berkata:
“Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh Alloh Tabaraka wa Ta'ala berfirman: “Aku adalah teman terbaik (yang tidak memerlukan teman/pihak lain), maka seseorang yang menyekutukan bersamaku (dalam suatu perkara) pada teman yang lain, maka (perkara) itu untuk temanKu itu. Wahai manusia, murnikanlah amal-amal kalian, sebab Alloh Tabaraka wa Ta'ala tidak menerima amal-amal kecuali amal yang murni untuk-Nya, dan janganlah berkata: “Ini untuk Alloh dan untuk saudaraku.” Sebab hal itu akan menjadi millik si saudara, dan Alloh tidak mendapatkan sesuatupun darinya. Dan jangan berkata: “Ini untuk Alloh dan diri kalian.” Dan Alloh tidak mendapatkan sesuatupun darinya. [HR. al-Bazzar, dengan sanad yang tidak bermasalah, dan al-Baihaqi]
Diriwayatkan dari Rubaikh bin Abdirrahman bin Abi Sa'id al-Khudri, dari ayahnya, dari kakeknya, beliau berkata:
“Rasulullah Saw mendatangi kami di saat kami sedang membicarakan al-Masih ad-Dajjal. Lalu beliau bersabda: “Bagaimana bila aku memberi tahu kalian dengan sesuatu yang lebih aku khawatirkan bagi kalian dari pada al-Masih ad-Dajjal?” Kami menjawab: “Silahkan, wahai Rasulullah Saw.” Lalu Rasulullah Saw bersabda: “Yaitu Syirik yang samar, yakni seseorang beranjak sholat lalu memperindah sholatnya karena dilihat orang lain.” [HR. Ibn Majah dan al-Baihaqi]

Kata Rubaih dengan dhammah huruf ra', fathah huruf ba', setelahnya huruf ya' dan yang terakhir adalah ha' tanpa titik. InsyaAlloh akan ada penjelasan lebih lanjut tentangnya.
Diriwayatkan dari Mahmud bin Labid, ia berkata:
“Rasulullah Saw keluar lalu berbersabda: “Wahai sekalian manusia, takutlah kalian kepada syirik yang samar.” Para sahabat bertanya: “Apakah syirik yang samar itu?” Beliau menjawab: “Seseorang beranjak melaksanakan sholat, kemudian ia memperindah sholatnya secara serius karena dilihat orang lain.” Maka itulah syirik yang samar.” [HR. Ibn Khuzaimah dalam Shahihnya].

Niat Tambahan
Tidaklah tercela niat seserong yang melakukan sholat selama ia telah meniatinya ikhlas karena Alloh, kemudian menambahkan niat lain padanya. Telah ada sunnah nabawiyyah yang menunjukkan kebolehannya, bahkan ada pula hadits yang mendorong, mensupport, mengajak dan menyemangati untuk mempraktikkannya.

Yang tershahih dalam tema ini adalah hadits tentang sholat istikharah. Ada pula sholat hajat dan sholat-sholat lain dengan niat yang bervariasi, untuk kepentingan pribadi, hajat, maslahat, dan kebaikan duniawi. Berikut ini kami sebutkan bebarapa buktinya.

Diriwayatkan dari Ma'qil bin Yasar Ra:
أَنَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ((قَلْبُ الْقُرْآنِ، يس لا يَقْرَؤُهَا رَجُلٌ يُرِيدُ اللهُ وَالدَّارَ الآخِرَةَ إِلاَّ غَفرَ اللهُ لَهُ، وَاقْرَءُوهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ)) [رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ وَاللَّفْظُ لَهُ وَابْنُ مَاجَهْ وَالْحَاكِمُ وَصَحَّحَهُ]
“Sesungguhnya Rosululloh Saw bersabda: “Hati al-Qur'an adalah surat Yasin, yang mana tidaklah seseo rang yang membacanya dengan mengharapkan (ridha) Alloh dan (balasan) di akhirat kecuali Alloh mengampuninya. Dan bacalah surat Yasin untuk orang yang hampir meninggal dunia dari kalian.” [HR. Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa`i, dan redaksi ini miliknya, Ibn Majah dan al-Hakim, dan beliau menshahihkannya]
Diriwayatkan dari Anas Ra, beliau berkata:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((إِنَّ لِكلِّ شَيْءٍ قَلْبًا وَقَلْبُ القُرْآنِ يسومَنْ قَرَأَ يس كَتَبَ الله بِقِرَاءَتِها قِراءَةَ القُرْآنِ عَشْرَ مَرَّاتٍ)). زَادَ فِي رِوَايَةٍ: ((دُونَ يس)). [رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيثٌ غَرِيبٌ]
“Rosululloh Saw bersabda: “Sungguh setiap sesuatu memiliki hati, dan hati al-Qur`an adalah surat Yasin. Siapa saja yang membacanya maka Alloh menuliskan baginya sebab bacaannya tersebut dengan membaca (seluruh) al-Qur`an.” Dalam suatu riwayat Anas (perawi) menambahkan: “(Seluruh al-Qur`an) tanpa surat Yasin.” [HR. at-Tirmidzi, beliau berkata: “Ini hadits gharib.”]


Larangan Banyak Bicara Yang Sia-sia
Dari Ibnu Umar Ra, dia berkata: Rosululloh Saw bersabda: "Janganlah kamu sekalian memperbanyak bicara selain berdzikir kepada Alloh, sesungguhnya memperbanyak perkataan tanpa dzikir kepada Alloh akan mengeraskan hati, dan sejauh-jauh manusia dari Alloh adalah yang hatinya keras." (HR. Tirmidzi)




Kita melihat banyak orang yang berbicara, tetapi ternyata kata-kata yang diucapkannya tidak baik, padahal apa saja kata-kata yang terucapkan nantinya harus dipertanggung-jawabkan disisih Alloh SWT. Bisa-bisa apa yang pernah ia ucapkan itu akan menyeretnya ke dalam kesulitan. Karenanya, Sebelum berkata, tahan dan jagalah dengan baik kata-kata yang hendak diucapkan. Tetapi jika kata-kata itu sudah terucapkan, maka kata-kata itulah yang akan menahan, mengikat dan membelenggu.

Dari Ibnu Umar Ra, dari Rosululloh SAW. Beliau bersabda: "Barang siapa yang banyak perkataannya, maka dia akan jatuh. Maka barangsiapa yang jatuh, maka dia akan banyak dosanya. Barangsiapa yang banyak dosanya, maka neraka lebih layak menjadi tempatnya". (HR. Abu Hatim). 

Dari Sahl bin Sa'ad as Saaidi Ra, dari Rosulullohdia Saw, beliau bersabda: 
"Barang siapa menjamin bagiku apa yang ada diantara dua tulang rahangnya (lidah) dan yang ada diantara kedua kakinya (kemaluan), niscaya akan aku jamin surga baginya." [HR. Bukhori].
Dalam hadits yang lain Rosululloh Saw bersabada: 
"Barang siapa menjaga (dirinya) dari kejahatan qobqob nya, dzibdzab nya, dan laqlaq nya, niscaya dia akan terjaga dari kejahatan seluruhnya." [HR. Ad Dailami].

Yang dimaksud “Qobqob” adalah perut, “Dzibdzab” adalah kemaluan, dan “Laqlaq” adalah lidah. 

Maka adalah menjadi suatu keharusan bagi siapapun yang ingin membersihkan hatinya, mengangkat derajatnya dalam pandangan Alloh Azzaa Wa Jallaa, ingin hidup lebih ringan dan terhindar dari bencana, untuk bersungguh-sungguh didalam menjaga lisannya.
Dalam hal berbicara, bukanlah perkara panjang dan pendeknya kata-kata yang diucapkan, tetapi berbicara adalah perkara yang harus dipertanggung jawabkan dihadapan-Nya. Karenanya, jaga, pelihara dan perhatikan betul apa saja kata-kata yang hendak diucapkan.

Satu “kata” pun bisa membuat kita menabung dosa sepanjang masa.
Dari Jarir bin Abdillah Ra, dari Rosululloh SAW, beliau bersabda: “. . . . dan barangsiapa yang membuat sunnah dalam Islam berupa sunnah yang buruk (Perbuatan atau ucapan) maka dia memperoleh dosanya diri sendiri dan juga dosa orang-orang yang mengerjakan (dosa) itu sesudahnya (setelah dia mati) tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka yang mencontohnya." [H.R. Muslim].

Jalan yang di ridloi, yang dicela, amal perbuatan, adat istiadat, perilaku, tradisi dst bisa di katerogikan sebagai apa yang dimaksud dengan “Sunnah” dalam Hadits ini. Kesemuanya ada yang baik dan ada yang buruk. Baik dan buruknya hal (Sunnah hasanah atau Sunnah sayyiah) tersebut karena memang ada nash Al-Qur'an dan Hadits atau dari istinbatnya para Ulama.

Ibnu A’lan al Bakri as Syafi’i, dalam kitabnya “Dalil Al-Falihin”, memberikan komentar sebagai berikut: “Seperti mengajak (orang lain) untuk melakukannya, baik dengan ucapan maupun perbuatan, atau menolong atau berbuat (sesuatu dihadapan orang banyak) kemudian apa yang dia lakukan diikuti (ditiru) oleh mereka”.

Lebih jelasnya bisa dibuatkan gambaran atau contoh sebagai berikut: Ada seseorang, sebut saja Paimin, namanya, duduk dipinggir jalan. Selang beberapa saat, seseorang, sebut saja Paijo, namanya, lewat didepannya. Lalu Paijo bertanya kepada Paimin: “Tahukah engkau, Doly itu dimana?”. Paimin menjawabnya dengan ucapan : “Itu”. Satu kata yang hanya terdiri dari tiga huruf. Siapapun tidak akan sulit dan berat untuk mengucapkannya. Namun, betapa dahsyat dan besarnya dampak yang ditimbulkannya?.

Setelah itu, Paijo pergi menuju Doly dan melakukan perbuatan maksiat yang memang menjadi tujuannya. Karena merasa puas dengan pelayanan “Wanita harapan” yang ada disitu, umpamanya. Kemudian dia getok tular dan bahkan promosi kepada orang lain atau siapa saja yang dia kenal.

Inilah artikel yang akan membahas tentang apa yang seharusnya kita lakukan bicarakan dan hal apa saja ny perlu kita bicarakan dan harus dirahasiakan, 
berikut ini menurut para sumber hadis dan quran tentang mengolah kata dan kata yang seharusnya diucapkan.

mulai saja ya.........................................
Akhirnya, dikemudian hari, ternyata banyak orang melaksanakan hajatnya di Doly. Dari satu orang ke orang yang lainnya. Sampai akhirnya ada puluhan, bahkan ratusan orang datang ke Doly setiap harinya. Setiap orang yang datang ke Doly yang diakibatkan oleh ucapan Paimin “ITU” tadi, maka Paimin berarti menabung dosa yang akan terus bertambah dari hari ke hari. Dari minggu ke minggu. Dari bulan ke bulan bahkan dari tahun ke tahun sampai hari kiamat nanti.

Ini semua bukan karena Paimin berbuat dosa secara terus menerus. Dosa yang dilakukan Pimin hanya mengucapkan kata “ITU” saja. Tetapi dia sebagai penyebab awal munculnya dosa-dosa yang berkelanjutan oleh orang lain. Memang benar, tidak satupun orang yang akan menanggung dosa yang dilakukan orang lain. Disini, Paimin tidak menanggung ataumemikul dosa yang dilakukan oleh orang lain. Tetapi dosanya dia sebagai penyebab orang lain berbuat kemaksiatan.

Hal ini, seperti apa yang didapatkan oleh Qobil, Putra Nabi Adam As. Karena dia tidak dijodohkan dengan saudari kembarannya yang cantik jelita, tetapi malah akan dijodohkan dengan saudari kembarannya Habil yang jelek rupa. Akhirnya dia (Qobil) mengambil jalan mebunuh Habil, agar nantinya yang menyunting saudari kemabarannya yang cantik jelita adalah dirinya sendiri, bukan Habil. Inilah awal mula terjadinya suatu tradisi “Pembunuhan” dalam kehidupan umat manusia dipermukaan bumi yang dilakukan oleh Qobil. Semenjak itu, sampai besuk hari kiamat, setiap ada pembunuhan, Qobil akan selalu mendapat tambahan dosa-dosanya orang yang membunuh. Karena memang dialah yang mula-mula membuat “Sunnah sayyiah, berupa Pembunuhan”.


Satu lagi, ada “Sunnah Sayyiah” yang telah terjadi pada umat terdahulu, yaitu “Sodomi” yang dilakukan oleh kaumnya Nabi Luth As. [Hidup sekitar tahun 1900 SM]. Tradisi sodomi ini (Seingat saya) musnah bersamaan dengan dimusnahkannya kaumnya Nabi Luth As. Hal ini berlangsung cukup lama, sampai diangkatnya baginda Rosululloh Saw sebagai Utusan [tahun 610 M] sekaligus sebagai pamungkas Para Nabi-nabi Alloh Swt. Jadi sekitar kurang lebih 2500 tahun lamanya tradisi “Sodomi” ini tidak dikenal lagi oleh manusia. Kemudian tradisi “Sodomi” ini baru muncul lagi pada masa Tabi’in sampai sekarang. Dengan demikian, cukuplah lumayan, tabungan dosanya kaumnya Nabi Luth As sempat tidak terisi selama 2500 tahun.

Jadi, dari gambaran diatas, wahai saudara-saudaraku, waspadalah dengan lidahmu. Menggerakkannya memang mudah, tidak perlu pakai tenaga besar, tidak perlu pakai biaya mahal, tetapi bencana besar bisa datang kepada kita, kapan saja dan juga dimana saja. Berbicara itu memang baik dan perlu, jika memang diperlukan, tapi (ternyata) diam itu jauh lebih baik dan menguntungkan, jika tidak diperlukan. Karena memang “Lidah” lah yang menjadi salah satu hal yang paling punya andil banyak memasukkan manusia kedalam Neraka.
Wallohu a’lam bisshowab.

hanya artikel kecil ini sahabat-sahabat mudah-mudahan bermanfaat bagi yang membaca dan jangn lupa untuk komen dan jika artikel ini berguna silahkan di share ya .........

0 Comments