Peran pesantren dalam proses pembangunan social

Perspektif historis menempatkan posisi pesantren pada posisi yang cukup istimwea dalam khazanah perkembangan social- budaya masyarakat Indonesia. Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ) menempatkan pesantren sebagai subkultur tersendiri dalam dalam masyarakat Indonesia. Menurutnya, lima ribu buah pondok pesantren yang tersebar di enam puluh delapan ribu desa merupakan bukti tersendiri untuk menyatakan sebagai subkultur ( Abdurrahman Aahid, dalam Marzuki Wahid dkk., 1999 ).
Bertolak dari panddangan Wahid di atas, tidak terlalu berlebihan apabila pesantren diposisikan sebagai satu elemen determinan dalam struktur piramida social masyarakat Indonesia. Adanya posisi penting yang disandang pesantren menurutnya untuk memainkan peran penting pula dalam setiap proses-proses pembangunan social baik melalui potensi pendidikan maupun potensi pembangunan masyarakat yang dimilikinya. Seperti dimaklumi, pesantren selama ini  dikenal dengan fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang memiliki misi untuk membebaskan peserta didiknya (Santri) dari belenggu kebodohan yang selama ini menjadi musuh dari dunia penididikan secara umum. Pada tataran berikutnya, keberdayaan para santri dalam menguasai ilmu pengetahuan dan keagamaan akan terjadi bekal mereka dalam berperan serta dalam proses pembangunan yang pada intinya tiada lain adalah perubahan social menuju terciptanya tatanan masyarakat yang lebih sempurna ( Tampubolon, 1973 )
Selaras dengan pandangan pembangunan sebagai proses perubahan social. Gunanjar Kartasasmita (1996) mengemukakan bahwa hakekat pembangunan itu tiada lain merupakan pencerminankehendak untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran kehidupan rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan Negara yang maju dan demokratis berdasarkan pancasila pembangunan nasional diarahkan untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan lahir batin, termasuk terpenuhinya rassa aman, rasa tentram dan rasa keadilan.siil;.k
Dalam koneksi ini, praktek pembangunan social itu bukan sasja menjadi milik dan tanggung jawab bersama institusi pemerintahan, melainkan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Cuma, keberadaan pesantren tidak memiliki kewenangan langsung untuk merumuskan aturan sehingga perannya dapat dikategorikan kedalam apa yang dikenal dengan partisipasi. Dalam hal ini pesantren melalui kiyai dan santri sebagai anak didiknya cukup potensial untuk turut menggerkan masyarakat secara umum. Sebab bagaimanapun keberadaan kiyai sebagai elit social ddan agama menempati posisi dan peran sentral dalam struktur social masyarakat Indonesia.
Salah satu sector penting dalam pembangunan social yang mendapatkan perhatian serius hamper dalam setiap proses pelaksanaan pembangunan adalah aspek pendidikan. Bidang pendidikan itu sendiri telah menjadi pilar utama penyangga keberhasilan pelaksanaan pembangunan social. Hamper bissa dipastikan, bagi suatu daerah yang masyarkatnya memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki tingkat keberhasilan pembangunan yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan daerah yang rata-rata tingkat pendidikan masyarakatnya masih relative rendah.

Terkait dengan pembangunan di bidang pendidikan, pesantren dalam praksisinya sudah memainkan peran penting dalam setiap proses pelaksanaan kegiatan tersebut. Para kiyai dan ulama yang selama ini terjadi figuran dalam masyarakat Indonesia, dan bukan sekedar sosok yang dikenal sebagai guru ( Martinvan Bruinessen, 1999 ),senantiasa peduli dengan lingkungan social masyarakat diskitarnya. Mereka biasanya memiliki komitmen tersendiri untuk turut serta melakukan gerakan trasformasi sosial melalui pendekatan keagamaan. Pada esensinya dakwah yang dilakukan kiyai sebagai medium transformasi sosisal keagamaan itu diorientasikan kepada pemberdayan salah satunya  aspek kognitif masyarakat. Pendirian lembaga pendidikan pondok pesantren yang menjadi cirri khas dari gerakan transformasi sosial, keagamaan para ulama mendapatkan peran penting mereka dalam pembangunan sosial secara umum melalui media pendidikan munculnya tokoh-tokoh informal berbasis pesantren yang sangat berperan besar dalam menggerakan dinamika kehidupan sosial masyarakat desa, misalnya, tidak bias dilepaskan dari jasa dan peran besar kiyai atau ulama. Demikian pula lahirnya berbagai pendidikan modern yang cukup pesat dewasa ini secara geneologistidak bias dilepaskan pula dari akarnya yakni pendidikan pesantren.

0 Comments